Jumat, 01 Desember 2017

Teknik Budidaya Kelapa Sawit


Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

1.  Persiapan Lahan 
Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa Sawit yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut. Areal tersebut harus bersih dari vegetasi atau semak belukar yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok agar dapat ditanami Kelapa.

2. Pembibitan Bibit Kelapa Sawit
Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada saat pelaksanaan penanaman (transplanting). Menurut Setyamidjaja, (2006), untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapang.
Lokasi pembibitan harus memiliki syarat sebagai berikut:
- Dekat dengan sumber air.
- Letaknya tidak jauh dari lokasi penanaman.
- Areal datar dan mudah dipasang instalasi air.
- Keamanan terjamin dan bebas dari ganggua binatang pengganggu.
- Jauh dari sumber hama dan penyakit.
Pembibitan kelapa sawit dilakukan dengan sistem dua tahap (double stage system), yaitu melalui pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery).

a. Pembibitan Awal (Pre nursery)
Pembibitan Awal (Pre nursery) merupakan tempat kecambah tanaman kelapa sawit (Germinated seeds) ditanam dan dipelihara hingga berumur 3 bulan. Selanjutnya, bibit tersebut akan di pidahkan kepembibitan utama (main nursery). Pembibitan pre nursery dilakukan selama 2-3 bulan, sedangkan pembibitan main nursery selama 10-12 bulan.
 

Dalam pembibitan awal atau pre nursery, ukuran polybag yang digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm ( lay flat ). Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah yang telah dicampur dengan pupuk kompos, Seperti pada gambar berikut:


Sebelum penanaman kecambah polibag harus disiram air terlebih dahulu. Tanah ditengah-tengah polibag dilubangi dengan telunjuk tangan sedalam 2-3 cm dari permukaan tanah lalu masukkan kecambah kedalamnya dengan plumula menghadap keatas dan radikula menghadap kebawah lalu tutup kembali dengan tanah.
Pembibitan awal dilakukan sampai dengan umur 3-4 bulan atau sudah berdaun 4 – 5 helai, bibit sudah dapat dipindahkan ke pembibitan utama (main-nursery). Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapat menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit.
Pemeliharaan bibit di pre-nursery dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Bibit disiram dua kali sehari, yaitu pagi dan sore.
- Gulma yang ada didalam polibag dicabut pelan-pelan.
- Bibit dipupuk dengan urea  dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 0,2%.
- Hama dan penyakit diberantas secara terpadu.
Benih yang sudah berkecambah ditanam dalam polybag kecil, kemudian diletakkan dan disusun didalam green house.

a. Pembibitan Utama (Main nursery)
Pembibitan Utama (Main nursery) merupakan penempatan bibit yang sudah lepas dari kecambah, dan siap untuk ditanam.
 

 Pembibitan Utama (Main-Nursery) Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat). Pengisian tanah dalam polybag jangan terlalu  penuh, cukup sampai 3 cm dari bagian atas polibag, tujuannya agar air dan pupuk tidak melimpah keluar, lihat gambar dibawah ini:



Bibit pre nursery dipindahkan kedalam polybag yang lebih besar. Lakukan pemindahan dengan menyobek babybag lalu masukkan kedalam polibag yang lebih besar usahakan letaknya tepat ditengah, seperti gambar dibawah ini:
     
     

Setelah selesai ditanam polibag diletakkan dengan jarak 90 x 90 x 90 cm diareal pembibitan utama. Setelah selesai disusun lakukan penyiraman dengan menggunakan springkler. Pembibitan di main nursery dapat dipindahkan ke lahan pada umur 12 bulan.
Pemeliharaan bibit pada main-nursery dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Bibit disiram dengan menggunakan pringkler selama 30 menit, dilakukan dua kali sehari.
- Gulma yang ada didalam polibag dibersihkan satu bulan sekali.
- Gulma yang tumbuh diluar polibag dibersihkan dua bulan sekali dengan menggunakan cangkul atau herbisida.
- Bibit dipupuk dengan menggunakan pupuk majemuk yang mengandung unsur N, P, K dan Mg dengan dosis 30 gr. (pada praktikum pemupukan yang dilakukan sebanyak 30 gr).
- Lakukan pengendalian hama dan penyakit setiap dua minggu sekali.

a. Seleksi Bibit (Thining Out)
Seleksi bibit dilakukan minimal dua kali, yaitu ketika bibit berumur 9 bulan dan ketika hendak ditanam dilapangan. Bibit yang afkir dikumpulkan dan dimusnahkan. Jika terdapat bibit kembar segera pisahkan karena dapat berebut unsur hara, seperti pada gambar:



Tetapi pada praktek yang dilakukan benih yang kembar dipisahkan dan ditanam kembali kedalam polibag untuk mendapatkan keuntungan. Bibit yang dibuang adalah bibit yang pertimbuhannya tidak normal, seperti kerdil, terserang hama penyakit dan lain-lain.

3. Proses Penanaman di Lapangan
Penanaman kelapa sawit di lapangan sangat  penting, karena akan menentukan produksi dan kelangsungan hidup tanaman. Penanaman dilapangan dilakukan setelah bibit berumur 12 bulan.
a. Pembuatan Lubang Tanam


Ukuran lubang tanam kelapa sawit, yaitu panjang 40 cm dan lebar 40 cm (40 x 40 cm) dengan kedalaman 30 cm. Tanah bagian atas (Top Soil) diletakkan di sisi kanan sedangkan
tanah bagian bawah diletak pada sisi kiri. Lalu masukkan tanah top soil kedalam lubang, setelah itu masukkan pupuk Rock Phospate sebagai pupuk dasar sebanyak 500 gr pada setiap lubang. Kemudian sobek polibag, masukkan bibit kedalam lubang usahakan jangan sampai posisi bibit miring, lalu tutup lubang dengan tanah sub soil.

b. Penanaman Bibit
Penanaman yang baik dilakukan pada saat musim hujan, sehingga tidak akan kekurangan air.
Tanaman kelapa sawit yang mati atau pertumbuhannya tidak normal, harus disulam. Penyulaman harus dilakukan segera supaya pertumbuhan tanaman tersebut tidak ketinggalan dari tanaman kelapa sawit yang lainnya. Penyulaman perlu dilakukan supaya populasi tanaman tetap sehingga tidak mempengaruhi hasil produksi.

 Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit

a. Pengendalian Gulma
Gulma diperkebunan kelapa sawit harus dikendalikan supaya secara ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap haril produksi. Gulma adalah tumbuhan yang  hidupnya tidak dikehendaki oleh petani karena dapat menurunkan  hasil produksi tanaman yang dibudidayakan.
Adanya gulma diperkebunan kelapa sawit akan merugikan. Alasannya, gulma akan menghambat jalan para pekerja (terutama gulma-gulma berduri), gulma menjadi pesaing tanaman kelapa sawit dalam menyerap unsure hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit.

Teknik pengendalian gulma yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian secara teknis/fisik
Pengendalian ini seperti penyiangan, pencabutan, pembabatan dengan cara fisik.
2. Pengendalian secara kultur-teknis
(penggunaan jenis unggul terhadap gulma, pemilihan saat tanam)
3. Pengendalian secara hayati
Pengendalian ini seperti pengadaam musuh alami dan pengolahan musuh alami yang ada disuatu daerah.
4. Pengendalian secara kimia
Pengendalian ini seperti dengan menggunakan herbisida dengan berbagai formulasi, surfaktan, alat aplikasi dsb.
Pada praktek budidaya sawit pengendalian gulma yang dilakukan adalah secara manual dan mekanis. Secara manual dilakukan pada pembibitan main-nursery dengan cara dicabut dan secara mekanis gilakukan pada tanaman kelapa sawit yang telah dewasa dengan menggunakan mesin rumput, cangkul dan parang.
b. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan mengingat hama dan penyakit akan berpengaruh terhadap hasil produksi. Jika hama dan penyakit yang menyerang hama dan penyakit tidak cepat diberantas , produksi buah kelapa sawit akan menurun baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Hama adalah seluruh hewan/binatang yang dapat merusak tanaman yang dibudidayakan oleh petani sehingga dapat menurunkan hasil produksi.
Teknik pengendalian hama  yang dapat dilakukan adalahsebagai berikut:
1. Pengendalian secara manual
Dilakukan dengan pengutipan secara langsung dilapangan (Ulat, Belalang, Kumbang).
2. Pengendalian secara hayati
Dilakukan dengan penggunaan parasitoid larva seperti Trichogramma sp dan predator berupa Eocanthecona sp. Penggunaan virus seperti Granulosis Baculoviruses, penggunaan jamur Bacillus thuringiensis.
3. Pengguanaan insektisida
dilakukan dengan penyemprotan dengan bahan kimia seperti cypermethrin (untuk hama Apogonia).

Jenis-jenis hama yang menyerang kelapa sawit diuraikan sebagai berikut:
1. Hama ulat (Tasea asigna, Stora nitens, dan Darnarima sp). Dikendalikan dengan menyemprotkan Dipterex atau Bayrusil.
2. Hama Kumbang (Apogonia sp dan Oryctes rhinoceros) dikendalikan dengan menyemprotkan larutan Azodrin yang bersifat  sistemik.
3. Hama tikus dikendalikan dengan racun Tomorin, Warfarin, atau Racumin yang dicampur dengan umpan yang berupa ampas kelapa atau bekatul.

Penyakit yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah Ganoderma lucidum dikenal sebagai parasit fukultatif, parasit lemah, atau parasit luka. Hingga sekarang belum ditemukan cara pemberantasan yang efektif, sehingga hanya dapat dilakukan pembatasan penyebaran penyakit. Caranya, menebang tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit ini, pangkal batang dan sisa-sisa akar dibakar ditempat tersebut. Tanaman yang terserang penyakit ini akan menunjukkan tanda-tanda daun menguning, daun bagian bawah mongering diikuti tumbuhnya jamur berwarna coklat dipangkal batang (sporofor).
Penyakit lain yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah Little leaf.  Penyakit ini disebut penyakit fisiologis atau penyakit non parasite, karena tanaman kekurangan unsur barium. Jika tanaman kekurangan unsur barium maka rentan terserang penyakit ini, penyakit ini akan lebih parah jika dilakukan pemupukan kalium dengan dosis tinggi. Penyakit Little leaf bisa diatasi dengan pemupukan borax/boron dosis 50 gr/pohon/tahun. Gejala penyakit ini akan muncul pada anak daun. Pertumbuhan anak daun tidak normal, kecil, jumlahnya sedikit dan tidak beraturan.
a. Kastrasi
Kastrasi merupakan aktivitas membuang semua produk generatif, yaitu bunga jantan, betina, dan seluruh buah (yang terlanjur jadi) guna mendukung pertumbuhan vegetatif kelapa sawit. Pelaksanaan kastrasi terakhir dilakukan enam bulan sebelum pokok dipanen. Tujuan utama dilakukannya kastrasii adalah mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif sehingga pokok sawit yang telah kastrasi akan lebih kuat dan pertumbuhannya seragam. Dengan demikian, pertumbuhan buah akan lebih besar dan seragam, serta menghambat perkembangan hama dan penyakit.


kastrasi biasanya dilakukan pada umur 18 bulan sejak tanam di lapangan sampai dengan 24 bulan. Setelah itu, bunga betina yang keluar dibiarkan sehingga tanaman sudah dapat dipanen pada umur 30 bulan. Kastrasi mulai dilaksanakan jika lebih dari 50% pokok kelapa sawit dalam satu blok telah mengeluarkan bunga jantan dan atau betina. Umumnya, ablasi mulai dilakukan saat tanaman berumur 18 bulan di lapangan. Pelaksanaan ablasi dilakukan setiap dua bulan sekali sampai tanaman berumur 24 bulan. Alat yang digunakan adalah dodos mini ukuran 3” dengan panjang tangkai 1,5 meter dan gancu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar